Senin, 27 Desember 2021

Model Pembelajaran Quantum

Model Pembelajaran Kuantum

Model quantum learning disajikan sebagai salah satu strategi yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning). 

Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Penggagas model ini De Porter dalam Quantum Learning (1999: 16) ia menjelaskan bahwa Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dengan teori keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori, seperti; Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune, Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik, Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol, Belajar dengan simulusi/permainan.

Karakteristik Pembelajaran Quantum

Ada beberapa karakteristik umum, menurut De Porter dalam Sugiyanto (2008: 11) yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum; 
  1. Berpangkal pada psikologi kognitif. 
  2. Lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. 
  3. Lebih bersifat kontruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau naturasionistis. 
  4. Memadukan menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. 
  5. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. 
  6. Menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. 
  7. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifialan atau keadaan yang dibuat-buat. 
  8. Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 
  9. Memadukan konteks dan isi pembelajaran. 
  10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. 
  11. Menempatkan nilai, keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. 
  12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. 
  13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar