Model Pembelajaran Inovatif
Guru adalah jabatan dan pekerja profesioal, indikator untuk mengukur keprofesionalan adalah jika kelas yang diasuh menjadi “surganya siswa untuk belajar”, atau “kehadiran seorang sebagai guru di kelas selalu dinantikan siswa”(Sugiyanto, 2008: 5).
Sudahkah pembelajaran kita mencapai kondisi demikian? Selain tugas profesional tersebut guru juga harus berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan evaluator. Jika peran ini dijalankan dengan baik dan benar maka usaha memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kearah pendekatan. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Insya Allah dapat dicapai. Perlu diingat bahwa kemampuan menerapkan pendekatan PAKEM tersebut diperlukan model pembelajaran yang inovatif. Joyce dan Weil (1986) dalam Subadi (2010) menjelaskan bahwa hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara belajar bagaimana belajar.
Model Pembelajaran Kontektual
Model Pembelajaran Konstekstual (Constextual Teaching and Learning) sering disingkat dengan istilah CTL. Howey (dalam Reese, 2002) mengutip definisi pengajaran kontekstual dari Office of Vocational and Adult Education sebagai pengajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya siswa memanfaatkan pemahaman dan keterampilan akademiknya dalam konteks yang bervariasi baik dalam sekolah maupun diluar sekolah untuk memecahkan situasi atau masalah dunia nyata, baik sendiri maupun secara bersama-sama.
Pembelajaran kontekstual memiliki karateristik, menurut Masnur Muslich (2007) karakteristik pembelajaran kontekstual adalah: (a) Learning in real life setting, yakni pembelajaran yang diarahkan ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau dalam lingkungan yang alamiah. (b) Meaningful learning, yakni pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna. (c) Learning by doing, yakni pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.(d) Learning in a group, yakni pembelajaran yang dilaksanakan melalui kerja kelompok. (e) Learning to ask, to inquiry, to work together, yakni pembelajaran yang dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama.(f) Learning as an enjoy activity, yakni pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Menurut Nurhadi (2002) pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen pendekatan, yaitu: (1) Constructivism (Konstruktivisme), (2) Inquiry (Menemukan), (3) Questioning (Bertanya), (4) Learning Community (Masyarakat Belajar), (5) Modelling (Pemodelan) (6) Reflection (Refleksi), (7) Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya).
Penjelasan dari ketujuh komponen tersebut di atas menurut Harta (2009: 41) adalah sebagai berikut;
1) Constructivism (Konstruktivisme)
Konstruktivisme adalah suatu pembelajaran yang menekankan terbentuknya pemahaman siswa secara aktif, kreaktif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
2) Inquiry (Menemukan).
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual yang diawali dengan pengamatan terhadap fenomena, yang dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Siklus inkuiri dimulai dari observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data, dan penyimpanan.
3) Quistioning (Bertanya).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi pokok dalam pembelajaran yang berbasis kontektual. Strategi ini dipandang sebagai upaya guru yang dapat membantu siswa untuk mengetahui sesuatu, memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Sehingga penggalian informasi menjadi lebih efektif, terjadinya pemantapan pemahaman lewat diskusi., bagi guru bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4) Learning Community (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu hasil belajar bisa diperoleh dengan berbagai antar teman, antar kelompok, antar yang tahu kepada yang belum tahu, baik di dalam maupun diluar kelas. Adapun prinsipnya adalah hasil belajar yang diperoleh dari kerja-sama, sharing terjadi antara pihak yang memberi dan menerima, adanya kesadaran akan manfaat dari pengetahuan yang mereka dapat.
5) Modelling (Pemodelan)
Maksud dari pemodelan dalam pembelajaran kontektual bahwa pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru oleh siswa. Misalnya cara menggunakan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan, Cara semacam ini akan lebih cepat dipahami oleh siswa. Adapun prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru adalah contoh yang bisa ditiru , contoh yang dapat diperoleh langsung dari ahli yang berkompeten.
6) Reflection (Refleksi)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa-apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa lalau. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya adalah pengayaan dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Adapun prinsip dalam penerapannya adalah perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh respon atas kejadian atau penyampaian penilaian atas pengetahuan yang baru diterima.
7) Authentic Assessmen (Penilaian Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sehingga penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapun penerapannya adalah untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, penilaian dilakukan secara komprehensif antara penilaian proses dan hasil, guru menjadi penilai yang konstruktif, memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan penilaian diri
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar