Selasa, 07 Desember 2021

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter

1. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter 

Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum 

Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik  mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dalam proses pembelajaran dalam setiap mata  pelajaran. Maksud pengintegrasian ini adalah menumbuhkan dan menguatkan  pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai PPK. 

Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut. 

1) Menganalisis KD dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam  materi pembelajaran; 

2) Mendesain RPP dengan mengintegrasikan nilai karakter yang hendak dikuatkan. Sebaiknya jumlah subnilai tidak terlalu banyak sehingga dapat lebih fokus. Misalnya  tiga subnilai. 

3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP. Dalam praktik pembelajaran ini meskipun fokus PPK terbatas pada beberapa nilai, tetapi guru dapat  mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi  pembelajaran. 

4) Melaksanakan penilaian otentik terhadap nilai karakter yang dikembangkan dengan  mencatatnya dalam jurnal penilaian sikap. Caranya dengan mencatat karakter positif  dan negatif yang dominan muncul seperti dalam pedoman penilaian sikap dalam  Kurikulum 2013. Peserta didik yang menunjukkan karakter negatif harus  ditindaklanjuti dengan pembinaan karena penilaian sikap bertujuan untuk  pembinaan. 

PPK melalui Manajemen Kelas 

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para  guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran  untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak  seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi  lebih efektif dan berhasil. 

Pendidik memiliki kewenangan dalam mempersiapkan (sebelum masuk kelas), proses  mengajar, dan setelah pengajaran, dengan mempersiapkan skenario pembelajaran yang  berfokus pada nilai-nilai utama karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu  peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam  proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai  pendidikan karakter. 

PPK Melalui Penggunaan Model dan Metode Pembelajaran 

Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui  pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode  pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan  dan keterampilan, tetapi tetap mengakomodasi penguatan pendidikan karakter. Karakter  tidak dibelajarkan sebagai pengetahuan, tetapi melalui seluruh proses pembelajaran yang  dilaksanakan. 

Guru dituntut untuk memilih pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang  memfasilitasi siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI.  Keterampilan yang dimaksud mencakup kecakapan berpikir kritis (critical thinking),  berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill),  termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan guru menguatkan kecakapan abad XXI  antara lain pembelajaran saintifik (scientific learning) dan pembelajaran berbasis teks  (text-based instruction/genre based instruction) 

Berikut ini adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk  menggunakan kecakapan abad XXI sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016. 1) Pembelajaran melalui penelitian/penyingkapan (Inquiry/discovery learning). 2) Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), 3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning

Penggunaan model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan beberapa metode  seperti diskusi, presentasi, penugasan, debat, dan percobaan. Sedapat mungkin  pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.  Melalui diskusi dapat ditanamkan karakter gotong royong karena peserta didik dituntut  untuk bekerja sama, menghargai orang lain, dan tanggung jawab. Metode penugasan dapat  digunakan untuk menguatkan karakter kemandirian karena peserta didik dituntut untuk  kreatif dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

PPK Melalui Pembelajaran Tematik 

Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan  pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu  khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu. Tema-tema yang mengandung nilai utama  PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkaya  praktis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai  pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan. Satuan pendidikan dapat  menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi  tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter. 

PPK melalui pembelajaran tematik ini antara lain dapat diwujudkan melalui kegiatan  puncak tema. Dalam kegiatan ini, guru dapat menyiapkan pembelajaran berbasis projek  (PjBL) yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikan  projeknya. Proses penyelesaian projek secara tidak langsung menuntut peserta didik untuk menerapkan karakter-karakter yang hendak dikuatkan. Contoh kegiatan dalam projek dilakukan dengan mengundang narasumber baik praktisi maupun pakar atau  mengajak peserta didik melakukan kunjungan ke kebun raya, pabrik, atau tempat lain  dengan melibatkan orang lain sebagai narasumber.

PPK Melalui Gerakan Literasi 

Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami,  mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan  membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter  seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan  secara terencana dan terprogram sedemikian rupa, baik dalam kegiatan berbasis kelas  maupun kegiatan berbasis budaya sekolah, dan komunitas masyarakat. 


a. PPK Berbasis Kelas 

Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat  diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam  struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis,  menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media media lain. Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah, antara lain buku, surat kabar, media audio visual, dan internet. Oleh sebab itu,  keberadaan dan peranan pojok baca, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet menjadi  penting untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran. 

a. PPK Berbasis Budaya Sekolah 

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk  menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK mengatasi  ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di  sekolah. Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya keseluruhan  tata kelola sekolah, desain Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP), serta pembuatan  peraturan dan tata tertib sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya  sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini  diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan  lingkungan sekolah yang kondusif. 

b. PPK Berbasis Masyarakat 

Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan berkolaborasi dengan  lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar lingkungan sekolah. Pelibatan publik  dibutuhkan karena kolaborasi dan kerja sama antara komunitas dan satuan pendidikan di  luar sekolah sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter. 

Komunitas di luar satuan pendidikan yang dapat dilibatkan dalam penguatan pendidikan  karakter antara lain sebagai berikut: 

1) Komunitas orang tua-peserta didik atau paguyuban orang tua, baik per kelas maupun  per sekolah; 

2) Komunitas pengelola pusat kesenian dan budaya, yaitu berbagai perkumpulan, kelompok hobi, sanggar kesenian, bengkel teater, padepokan silat, studio musik,  bengkel seni, dan lain-lain, yang merupakan pusat pengembangan kebudayaan lokal  dan modern; 

3) Lembaga-lembaga pemerintah seperti BNN, Kepolisian, KPK, Kemenkes, Kemenpora, dan lain-lain; 

4) Lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran  (perpustakaan, museum, situs budaya, cagar budaya, paguyuban pecinta lingkungan,  komunitas hewan piaraan); 

5) Komunitas masyarakat sipil pegiat pendidikan; 

6) Komunitas keagamaan; 

7) Komunitas seniman dan budayawan lokal (pemusik, perupa, penari, pelukis, dan lain lain); 

8) Lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia  pendidikan;

9) Lembaga penyiaran media, seperti televisi, koran, majalah, radio, dan lain-lain.  Bentuk kolaborasi itu antara lain sebagai berikut: 

1) Pembelajaran berbasis museum, cagar budaya, dan sanggar seni Sekolah dapat melaksanakan program PPK berbasis masyarakat dengan bekerja sama  memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar mereka. 

2) Mentoring dengan seniman dan budayawan lokal. Bila sebuah satuan pendidikan memiliki tokoh-tokoh budayawan dan seniman lokal, dan memiliki tradisi dan  kesenian khusus, satuan pendidikan tersebut dapat membangun kolaborasi dan kerja  sama untuk pengembangan kesenimanan peserta didik melalui program mentoring,  tutoring, seniman masuk sekolah, atau belajar bersama maestro. 

3) Kelas Inspirasi 

Setiap kelas bisa mengadakan kelas yang memberikan inspirasi bagi peserta didik  dengan mendatangkan individu dari luar yang memiliki profesi sangat beragam.  Satuan pendidikan dapat mengundang narasumber dari kalangan orang tua maupun  tokoh masyarakat setempat. Orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat bisa menjadi  sumber pembelajaran yang menginspirasi nilai-nilai pembentukan dan penguatan  karakter dalam diri peserta didik. 

4) Program Siaran Radio On-air 

Satuan pendidikan bisa bekerja sama dengan media cetak, elektronik, dan penyiaran  untuk mempromosikan nilai-nilai penguatan karakter ke dalam masyarakat, dan  mengajak peserta didik untuk menjadi teladan dalam pemikiran dan tindakan. Satuan  pendidikan bisa mengadakan kerja sama untuk siaran on- air yang membahas tentang  penguatan pendidikan karakter di sekolah. 

5) Kolaborasi dengan media televisi, koran, dan majalah 

Satuan pendidikan bisa melakukan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai  stasiun televisi untuk peliputan maupun pembuatan kegiatan terkait dengan  penguatan program pendidikan karakter di sekolah. Seluruh media ini dapat menjadi  mitra dalam rangka memperkuat dan mempromosikan pendidikan karakter. 

6) Gerakan literasi

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan literasi di dalam diri peserta didik, setiap  sekolah dapat membangun kerja sama dengan instansi lain yang relevan dalam rangka  pengembangan literasi sekolah, seperti toko buku, penerbit, dan percetakan, gerakan  masyarakat peduli literasi pendidikan, sanggar-sanggar baca, perpustakaan daerah,  dan perpustakaan nasional. 

7) Literasi digital juga bisa digalakkan oleh satuan pendidikan dengan memanfaatkan kerjasama melalui berbagai pihak terkait, seperti Menkominfo, maupun organisasi organisasi dan pegiat literasi digital. Inti kegiatan ini adalah memperkuat kemampuan  literasi digital peserta didik. 

8) Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi 

Satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka  pengembangan kapasitas guru. Perguruan tinggi memiliki salah satu misi mereka  terkait dengan pengabdian masyarakat. Satuan pendidikan dapat membangun  kolaborasi dengan perguruan tinggi dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan  pembelajaran para guru. Sebaliknya, perguruan tinggi dapat memanfaatkan  pengalaman satuan pendidikan sebagai laboratorium bagi pengembangan teori-teori  pendidikan dan pembelajaran, yang pada akhirnya akan membantu meningkatkan  keterampilan dan kompetensi pendidik. 

9) Program magang kerja 

Satuan pendidikan dapat bekerja sama dengan komunitas bisnis untuk menyediakan  sumber daya dan kesempatan bagi para peserta didik agar dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang mereka pelajari dilingkungan kerja secara nyata. Program magang di perusahaan dan tempat-tempat bekerja bisa menjadi kegiatan untuk memperkuat pendidikan karakter peserta didik sehingga memiliki pengalaman yang lebih luas  

terkait disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya. 

10) Kerjasama dengan komunitas keagamaan untuk sekolah-sekolah dengan ciri khas keagamaan tertentu. 

Pembentukan nilai-nilai spiritual dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama  dengan lembaga-lembaga dan komunitas keagamaan tertentu yang mampu membantu menumbuhkan semangat kerohanian yang mendalam,terbuka pada dialog,  yang akan membantu setiap individu, terutama peserta didik agar dapat memiliki  pemahaman dan praktik ajaran agama secara benar dan toleran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar