Kamis, 30 Maret 2023

Koneksi antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coching untuk Supervisi Akademik

Pada kesemapatan kali ini penulis ingin membuat satu postingan membahas modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akadmik. Kali ini yang menjadi fokus pembahasan adalah materi apa saja yang ada pada modul tersebut. Perasaan penulis ketika mendapatkan materi modul ini. Serta analisis untuk penerapan coaching di sekolah dan yang terakhir nanti akan kami tuliskan keterkaitan modul 2.3 dengan modul 2.1 dan 2.2.

Materi yang didapat dari modul 2.3 

Coaching adalah sebuah proses di mana seorang coach atau pelatih membantu individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara memberikan dukungan, bimbingan, dan umpan balik yang terstruktur. Coaching biasanya dilakukan melalui pertemuan tatap muka atau secara daring dan fokus pada pengembangan keterampilan, peningkatan kinerja, dan pemecahan masalah.

Coaching dapat dilakukan di berbagai bidang seperti bisnis, karir, kesehatan, keuangan, dan kehidupan pribadi. Biasanya, coaching dimulai dengan membantu klien untuk mengidentifikasi tujuan mereka dan membuat rencana aksi yang terukur dan dapat dicapai. Selanjutnya, coach akan membantu klien untuk mengidentifikasi hambatan yang mungkin menghalangi mereka dalam mencapai tujuan dan memberikan dukungan untuk mengatasi hambatan tersebut.

Seorang coach yang efektif harus memiliki tiga hal utama: presensi, mendengar aktif, dan pertanyaan yang berbobot. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang ketiga hal tersebut:

  1. Presensi: Presensi adalah kemampuan seorang coach untuk hadir secara penuh saat berinteraksi dengan kliennya, fokus pada kebutuhan dan tujuan klien, dan memberikan perhatian yang tidak terbagi. Presensi melibatkan kehadiran fisik, emosional, dan mental yang sepenuhnya dalam interaksi coaching, sehingga klien merasa didengar, dipahami, dan dihargai.

  2. Mendengar aktif: Mendengar aktif adalah kemampuan seorang coach untuk memahami sepenuhnya apa yang dikatakan oleh kliennya, bukan hanya secara harfiah, tetapi juga secara emosional dan kontekstual. Mendengar aktif melibatkan memperhatikan bahasa tubuh, intonasi suara, dan emosi klien, serta mengajukan pertanyaan yang tepat dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk memperjelas dan memperdalam pemahaman.

  3. Pertanyaan berbobot: Pertanyaan berbobot adalah pertanyaan yang dirancang untuk membantu klien memperdalam pemahaman mereka tentang masalah atau situasi yang sedang mereka hadapi, dan memandu mereka menuju solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pertanyaan berbobot melibatkan penggunaan pertanyaan terbuka, yang memungkinkan klien untuk menjawab dengan lebih dari sekedar ya atau tidak, serta pertanyaan reflektif, yang membantu klien mempertimbangkan perspektif mereka sendiri dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Dengan memiliki presensi, mendengar aktif, dan pertanyaan berbobot, seorang coach dapat membantu klien untuk memperdalam pemahaman mereka tentang situasi yang sedang mereka hadapi, mengembangkan solusi yang lebih efektif, dan mencapai tujuan yang diinginkan dengan lebih cepat dan efektif.

TIRTA sebagai ALur Coaching


Ada sebuah model coaching yang disebut sebagai TIRTA, yang merupakan akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Komitmen. Model TIRTA ini dikembangkan oleh Achmad Zaky Yamani, seorang pakar coaching asal Indonesia.

Dalam model TIRTA, setiap huruf TIRKOM (TIRTA) memiliki arti dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh coach dan klien untuk mencapai tujuan coaching, yaitu:

  1. Tujuan: Coach membantu klien untuk mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai dan memastikan bahwa tujuan tersebut spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan berorientasi pada waktu.

  2. Identifikasi: Coach membantu klien untuk mengidentifikasi hambatan dan faktor-faktor yang menghalangi klien dalam mencapai tujuan serta kekuatan dan kelebihan yang dimiliki klien.

  3. Rencana Aksi: Coach membantu klien untuk membuat rencana aksi yang terukur dan terstruktur untuk mencapai tujuan tersebut.

  4. Komitmen: Coach membantu klien untuk membuat komitmen dan motivasi yang kuat untuk mengikuti rencana aksi yang telah dibuat serta mengatasi hambatan yang mungkin timbul.

Dengan menggunakan model TIRTA, coach dapat membantu klien dalam mengidentifikasi tujuan yang jelas, mengatasi hambatan, membuat rencana aksi yang terstruktur, dan memotivasi klien untuk mencapai tujuan.

supervisi akademik diterapkan di sekolah, maka sasarannya adalah guru. Berikut adalah kutipan pendapat dari beberapa ahli tentang supervisi akademik pada guru di sekolah:


Menurut Michael F. DiPaola dan W. Dean Eastman, "Supervisi akademik dalam konteks pendidikan adalah proses pengawasan dan bimbingan yang terus-menerus untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran mereka dan memperoleh hasil yang lebih baik dari siswa."

Menurut James H. Stronge, "Supervisi akademik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas pengajaran guru di sekolah, dimana supervisi akademik dapat membantu guru dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas pengajaran."

Menurut Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, "Supervisi akademik harus dilakukan dengan pendekatan coaching, dimana supervisor akademik harus bertindak sebagai coach atau mentor yang membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka."

Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik pada guru di sekolah bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran guru, membantu guru dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Supervisi akademik pada guru juga sebaiknya dilakukan dengan pendekatan coaching atau mentoring, agar dapat membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka.

berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam supervisi akademik pada guru di sekolah:

  1. Identifikasi kebutuhan dan tujuan supervisi: Supervisor akademik dan guru bersama-sama mengidentifikasi kebutuhan supervisi dan tujuan yang ingin dicapai.

  2. Pengamatan dan evaluasi: Supervisor akademik akan melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap kinerja guru dalam pengajaran, termasuk mengamati interaksi guru dengan siswa, teknik pengajaran, dan efektivitas pembelajaran.

  3. Umpan balik: Supervisor akademik memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahan dalam pengajaran mereka, serta memberikan rekomendasi atau saran untuk memperbaiki kinerja pengajaran.

  4. Rencana tindakan: Supervisor akademik dan guru bersama-sama mengembangkan rencana tindakan untuk memperbaiki kinerja pengajaran guru, termasuk merencanakan pelatihan atau pengembangan diri, serta merencanakan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif.

  5. Implementasi rencana tindakan: Guru melaksanakan rencana tindakan yang telah disepakati bersama dengan supervisor akademik.

  6. Evaluasi dan refleksi: Supervisor akademik dan guru melakukan evaluasi dan refleksi terhadap hasil supervisi dan implementasi rencana tindakan, serta mengevaluasi apakah tujuan supervisi telah tercapai dan perlu dilakukan perbaikan atau perubahan dalam proses supervisi berikutnya.

Dalam setiap langkah, supervisor akademik sebaiknya menggunakan pendekatan coaching atau mentoring untuk membantu guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja pengajaran mereka.

Hubungan antara coaching dan supervisi akademik adalah sangat erat, karena keduanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru dan hasil belajar siswa.

Coaching adalah pendekatan yang bertujuan untuk membantu individu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan memberikan bimbingan dan dukungan yang kontekstual dan individual. Sementara itu, supervisi akademik adalah proses pengawasan dan bimbingan yang terus-menerus untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran mereka dan memperoleh hasil yang lebih baik dari siswa.

Dalam supervisi akademik, pendekatan coaching digunakan untuk membantu guru dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Dengan menggunakan pendekatan coaching, supervisor akademik dapat membantu guru mengembangkan keterampilan, pemahaman, dan kesadaran yang lebih baik tentang pengajaran yang efektif.

Dengan demikian, coaching dan supervisi akademik saling melengkapi dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran guru dan hasil belajar siswa. Coaching dapat digunakan sebagai pendekatan utama dalam supervisi akademik, karena coaching memberikan bimbingan dan dukungan yang kontekstual dan individual, sehingga lebih mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu guru.

Selama mempelajari modul ini saya merasa sangat tertarik untuk mempelajari coaching. Ini saya rasakan karena saya ingin menjadi lebih efektif dalam membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka. Dengan mempelajari keterampilan coaching, guru dapat mengembangkan kemampuan dalam membimbing siswa dan rekan guru untuk mencapai tujuan akademik, meningkatkan keterampilan interpersonal mereka, dan menyediakan pendekatan yang holistik dalam mendukung siswa. Selain itu, mempelajari coaching juga dapat membantu guru menemukan cara baru untuk belajar dan mengembangkan diri dalam lingkungan akademik yang semakin kompleks dan menuntut.

Analisis Implementasi Coching di Sekolah

Coaching dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan di sekolah untuk membantu mencapai tujuan akademik dan pengembangan siswa dan guru.

Salah satu contoh kegiatan yang dapat dimanfaatkan coaching adalah dalam pengembangan rencana pembelajaran dan evaluasi yang efektif. Guru dapat menggunakan keterampilan coaching untuk membantu siswa memahami tujuan pembelajaran dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Selain itu, coaching juga dapat digunakan dalam pelatihan guru, di mana seorang coach dapat membantu guru dalam mengembangkan keterampilan mengajar yang lebih efektif dan beradaptasi dengan perubahan kurikulum. Coaching juga dapat dimanfaatkan dalam situasi konflik antara siswa atau antara guru, di mana seorang coach dapat membantu memfasilitasi dialog dan mencari solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Hubungan Modul 2,3 dan Pembelajaran Berdifferensiasi serta Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional

Keterkaitan coaching untuk supervisi akademik dengan pembelajaran berdifferensiasi dan pembelajaran kompetensi sosial emosional adalah erat karena semua tiga konsep ini berfokus pada pengembangan siswa secara holistik. Coaching dapat membantu guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan individu siswa melalui pembelajaran berdifferensiasi. Dalam coaching, guru dapat mempelajari keterampilan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa secara individu, dan mengembangkan rencana aksi yang sesuai untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Selain itu, coaching juga dapat membantu guru dalam mengembangkan keterampilan sosial emosional siswa. Dalam coaching, guru dapat mempelajari keterampilan untuk membantu siswa dalam membangun kompetensi sosial emosional seperti keterampilan interpersonal, manajemen emosi, dan resolusi konflik. Melalui coaching, guru dapat belajar cara memberikan umpan balik yang efektif dan memfasilitasi refleksi yang membantu siswa dalam memahami peran emosi dan interaksi sosial dalam pembelajaran.

Dalam keseluruhan, coaching untuk supervisi akademik dapat membantu guru dalam mengembangkan keterampilan dan strategi pembelajaran yang berfokus pada pengembangan siswa secara holistik, termasuk pembelajaran berdifferensiasi dan pembelajaran kompetensi sosial emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar